Monday, May 23, 2011

Di Bawah Bendera

Di bawah bendera yang berkibar bocah kecil berdiri memandang kibaran bendera yang perkasa. Menghempas terterpa angin di udara. Ia mendongak ke atas dengan pandangan tajam dipenuhi rasa yakin akan kejayaan. Dia berdiri tegak menghormat kepada sang saka merah putih. Berdirinya tegak setegak tiang bendera di depannya. Kakinya kuat, sekuat bendera melawan angin di udara.
Bocah kecil yang pernah mengenyam pendidikan formal meski tak begitu lama itu, dibayangi harapan-harapan yang mengganggu setiap menjelang tidurnya. Meskipun, kenyataan tak seindah yang ia impikan. Nasib sekolahnya harus ia korbankan karena keadaan yang begitu mendorongnya kuat untuk meninggalkan dunia pendidikan. Ia harus bergulat dengan waktu di usianya yang dini demi melangsungkan kehidupan dia dan ibunya. Sejak ia berumur sepuluh tahun, ia harus mengurus ibunya yang tak bisa apa-apa kecuali berbaring di atas ranjang, lumpuh tak tau sebabnya.

Sunday, May 22, 2011

Masihkah?

Masihkah?


Masih aku lihat anak kecil
Tidur di bawah kaki-kaki beralas mahal,
Tengis mereka tak ada yang mendengar
Kecuali yang Maha Rahman,

Di tanah yang subur ini,
Di tanah yang makmur ini,
Tak ada yang tak tumbuh subur jika ditabur,
Tapi mengapa masih ada orang sarapan liur?

aku

aku

Lautan tinta tiada cukup
Berjuta ranting tiada dapat merajut
Seluruh mulut tiada mampu menyebut
Kehinaanku nan nyata menyulut

Letih hati ini meniti lembaran-lembaran keji
Hina dina diri telah mendarah daging terpeniti
Hingga tiada dapat aku cari
Sepercik embun optimis dalam diri ini

Berkibarlah Darah dan Tulang

Berkibarlah Darah dan Tulang

Lengkuh sejuta impian
Terbenam dalam jeruji intan
Berseri dalam asap kerumunan
Namun tiada pernah berkilauan

Sajak-sajak indah luas terbentang
Bahkan nyaris mengalahkan keindahan bintang
Semua terpana dalam cita yang tercengang
Namun goda menggerogoti luar dan dalam hingga using

Bungkam Melanglang Di Niasan Pertiwi

Bungkam Melanglang Di Niasan Pertiwi

Betapa dahsyat NEGERI ini
Menjulang namanya di langit nan tinggi
Terseru dengan negeri DEMOKRASI
Bak  tiada kemelut yang mendera dalam diri

Gusaran semi elok memancar
Di permukaan mulut nan manis bertebar
Membidikkan tipuan senja nan camar
Padahal hanya CITRA perut-perut semar